Selasa, Februari 11
Shadow

THREE IN ONE PLUS MENUMBUHKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL, MEMBUAT KALIMAT DAN MELAFALKAN (BEST PRACTICE)

ABSTRAK

Best practice ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan three in one plus dalam proses pembelajaran kosakata, mendeskripsikan hasil pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus dan mendeskripsikan dampak pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus. Best Pratice ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pracimantoro. Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan pengalaman terbaik ini adalah tahun 2017/2018 dan tahun 2018/2019 selama dua tahun. Pelaksanaan Pembelajaran three in one plus dilaksanakan dengan langkah-langkahanatara lain: pertama, sebelum kegiatan KBM dilaksanakan sesuai program yang dirancang, dilakukan koordinasi dengan siswa, disampaikan kepada siswa bahwa setiap pertemuan siswa diwajibkan menghafal tiga kata dalam bahasa Inggris, memasukkan kata tersebut dalam kalimat dan setelah itu melafalkan kata dan kalimat tersebut secara lisan. Kedua, pada pertemuan pertama, siswa diberi tiga (3) kosa kata, kemudian siswa diminta untuk mengulang-ulang dan mengingat kosa kata tersebut di rumah dan memasukkan dalam kalimat dan berlatih melafalkan kata dan kalimat tersebut. Ketiga, pada pertemuan berikutnya, guru memonitoring tugas yang diberikan melalui tindakan ‘plus’, misalnya dengan cara menebak kata yang tidak lengkap. Kata-kata yang tidak lengkap tersebut adalah kosa kata yang telah dijadikan tagihan buat siswa.

Hasil pengamatan aktifitas belajar siswa pada tahun pertama (2017/2018) dilaksanakannya strategi three in one plus pada pembelajaran bahasa Inggris pada tiga kelas (XII PH 1, XII PH 2 dan  XII AK 2) diperoleh rata-rata 68,45%. Sedang pada tahun kedua (2018/2019) diperoleh rata-rata 78,22%.  Dari tahun pertama ke tahun kedua terjadi kenaikan 9,78%. Ini kenaikan yang cukup signifikan terkait dengan gejala positif pembelajaran bahasa Inggris. Pada aspek kognitif nilai rata-rata laporan hasil belajar pada tahun pertama (2017/2018) sebesar 76,83, kemudian pada tahun kedua (2018/2019) diperoleh  nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,71. Sehingga terjadi kenaikan dari tahun pertama ke tahun kedua penerapan three in one plus sebesar 2,88%.

Kata Kunci: kemampuan, menghafal, kalimat, melafal, three in one plus

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kosakata merupakan himpunan kata bermakna yang dapat digunakan oleh seseorang dalam suatu bahasa. Penguasaan kosakata berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk menyusun kalimat maupun menguasai ketrampilan berbahasa lainnya. Penguasaan kosakata dianggap menjadi bagian yang penting dan mendasar dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Kekayaan perbendaharaan kosakata sangat menunjang pencapaian kompetensi berbahasa. Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin mudah siswa tersebut memperoleh hasil pencapaian kompetensi yang maksimal.

Kosakata bahasa Inggris atau Vocabulary merupakan sebuah elemen yang sangat krusial dalam mempelajari bahasa Inggris. Tidak peduli jika siswa sangat ahli dalam tata bahasa atau grammar sekalipun, jika hanya mempunyai pengetahuan atau hanya mengetahui sedikit tentang kosakata bahasa Inggris, maka dijamin sangat sulit untuk bisa fasih/fluent nantinya saat menggunakan bahasa tersebut. Maka dari itu, memperkaya diri dengan pembendaharaan kosakata adalah hal yang sangat penting dan bisa dibilang wajib untuk dilakukan oleh orang yang sedang belajar bahasa Inggris. Kosakata bisa dibilang menjadi sebuah jendela baru untuk memperluas pengetahuan dalam mempelajari bahasa Inggris. Mengetahui banyak kosakata bahasa Inggris tentunya sangat membantu nantinya saat mengimplementasikan kemampuan contohnya seperti dalam percakapan sehar-hari/daily conversation yang dimana dalam proses percakapan ini terdapat dua hal yaitu berbicara/speaking dan mendengarkan/listening, menulis konten/content writing, membaca novel bahasa Inggris/reading, atau menonton film berbahasa Inggris

Namun demikian, penguasaan kosa kata siswa pada kelas yang penulis ampu belum sesuai pencapaian kompetensi siswa yang diharapkan. Yakni pencapaian kompetensi yang mampu melampaui kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji kompetensi siswa, baik ulangan harian, ujian sekolah maupun ujian nasional. Ketidaktercapaian kompetensi tersebut merata hampir diseluruh skill (ketrampilan) berbahasa, baik listening, speaking, reading maupun writing. Salah satu komponen pembelajaran bahasa Inggris yang dalam perkembangannya paling bermasalah adalah penguasaan kosa kata.

Oleh karena itu penulis menggunakan strategi inovatif dalam pembelajaran yaitu Three in One Plus yaitu siswa diberi tugas setiap pertemuan untuk menghafal tiga kosa kata sesuai tema pelajaran kemudian plusnya adalah memasukkan kosa kata tersebut menjadi kalimat berrati menjadi tiga kalimat dan melafalkan secara berulang-ulang minimal tiga kali setiap kalimatnya. Membuat sebuah rangkaian kalimat, membantu siswa untuk dapat lebih cepat mengingat sebuah kosakata. Terlebih lagi jika kalimat tersebut adalah kalimat yang mudah diingat. Misalnya kalimat tersebut merupakan kalimat lucu yang dapat membuat tertawa, atau bisa juga membuat sebuah kalimat sederhana yang masih berhubungan dengan aktivitas kamu sehari-hari.

Menurut Jamal Ma‟mur Asmani, (2011:128) bahwa manfaat menghafal adalah: a. Hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap keilmuan seseorang. Orang yang mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan pengembangan pemikiran secara lebih luas. b. Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa langsung menarik kembali ilmu setiap saat, dimanapun, dan kapanpun. c. Siswa yang hafal dapat menangkap dengan cepat pelajaran yang diajarkan, apalagi kalau hubungannya dengan teori matematika, IPA, al-Qur‟an Hadist, Bahasa Inggris dan sebagainya. d. Aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengendapkan ilmu dan mengkristalkannya dalam pikiran dan hati, kemudian meningkatkannya secara akseleratif dan massif. e. Hafalan menjadi fondasi utama dalam mengadakan komunikasi interaktif dalam bentuk diskusi, debat, dan sebagainya. f. Dapat membantu penguasaan, pemeliharaan dan pengembangan ilmu. Pelajar yang cerdas serta mampu memahami pelajaran dengan cepat, jika ia tidak mempunyai perhatian terhadap hafalan, maka ia bagaikan pedagang permata yang tidak bisa memelihara permata tersebut dengan baik. Seringkali, kegagalan yang dialami para pelajar yang cerdas disebabkan oleh sikap menggantungkan pada pemahaman tanpa adanya hafalan. g. Strategi hafalan, pemahaman bisa dibangun dan analisis bisa dikembangkan dengan akurat dan intensif.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana penerapan three in one plus dalam proses pembelajaran kosakata?
  2. Bagaimana hasil pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus?
  3. Bagaimana dampak pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus?
C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan best practice ini adalah:

  1. Mendeskripsikan penerapan three in one plus dalam proses pembelajaran kosakata.
  2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus.
  3. Mendeskripsikan dampak pembelajaran kosa kata dengan strategi three in one plus.
D. Manfaat

Manfaat hasil penulisan best practice ini ada 2 macam yaitu:

  1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis antara lain:

  1. Mendapat pengetahuan tentang upaya menumbuhkan kemampuan menghafal, membuat kalimat dan melafalkan bahasa Inggris.
  2. .Merupakan landasan bagi penulis untuk mengembangkan karya tulis selanjutnya.
  3. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penulisan best practice ini antara lain:

  1. Bagi sekolah, memberikan wawasan baru bagi sekolah bahwa perlu inovasi menumbuhkan kemampuan berbahasa Inggris.
  2. Bagi guru, strategi ini dapat digunakan sebagai solusi alternatif untuk meningkatkan pencapaian target pembelajaran. Strategi ini juga bisa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
  3. Bagi siswa, hasil penulisan ini memberi gambaran untuk meningkatkan kemampuan menghafal kosa kata, membuat kalimat dan melafalkan bahasa Inggris

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan

Robbins dan Judge (2009:57) menyatakan bahwa kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi. Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti ability, power, authotity, skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya.

Secara singkat Najib Khalid (2002:166) mengemukaan bahwa kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, Sedangkan menurut Suja’i (2008:14-15) kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

B. Kosa kata

Suatu keterampilan bahasa tidak dapat terlepas dari penguasaan kosakata, sebab inti dari suatu bahasa adalah kata. Kosakata merujuk pada kekayaan kata suatu bahasa tertentu. Kata merupakan unsur dalam terbentuknya sebuah kalimat. Kumpulan kata yang dimiliki oleh seseorang dalam bahasa tertentu disebut dengan kosakata.

Menurut Chaer (2011:131) sumber pertama kosakata bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, lalu ditambah dari kosakata beberapa bahasa daerah, dan diperkaya dengan kosakata bahasa asing (Arab, Belanda, Inggris, dan lain-lain). Semetara itu Nurgiyantoro (2014:338) menjelaskan bahwa kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa. Kosakata juga merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Tarigan (2015:2) mengemukakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang kita miliki, semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian kosakata yang disampaikan di atas, maka dapat ditarik simpulan bahwa kosakata adalah kumpulan kata yang digunakan seseorang dalam kegiatan berbahasa. Penguasaan kosakata sangat diperlukan oleh seseorang untuk memahami dan menggunakan kumpulan kata yang dimilikinya untuk mengekspresikan pikiran dan rasa dalam berbagai ruang lingkup kehidupan seperti dalam kegiatan berbahasa.

C. Menghafal

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat. Menurut Suryabrata sebagaimana yang dikutip oleh Ridwal Kamil dalam (http://pksaceh.net/mengapa-kita-menghafal), istilah menghafal disebut juga mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki, artinya dengan sadar dan sungguh-sungguh mencamkan sesuatu. Menurut beliau, hal-hal yang dapat membantu menghafal antara lain: a. Menyuarakan dalam menghafal, artinya tidak membaca dalam hati saja. b. Menambah hafalan sedikit demi sedikit tetapi dilakukan secara kontinu. c. Menggunakan strategi yang tepat dalam menghafal.

Menurut Asmani (2011:128) bahwa manfaat menghafal, antara lain:  a. Hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap keilmuan seseorang. Orang yang mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan pengembangan pemikiran secara lebih luas. b. Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa langsung menarik kembali ilmu setiap saat, dimanapun, dan kapanpun. c. Siswa yang hafal dapat menangkap dengan cepat pelajaran yang diajarkan, apalagi kalau hubungannya dengan teori matematika, IPA, al-Qur‟an Hadist, Bahasa Inggris dan sebagainya. d. Aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengendapkan ilmu dan mengkristalkannya dalam pikiran dan hati, kemudian meningkatkannya secara akseleratif dan massif. e. Hafalan menjadi fondasi utama dalam mengadakan komunikasi interaktif dalam bentuk diskusi, debat, dan sebagainya. f. Dapat membantu penguasaan, pemeliharaan dan pengembangan ilmu. Pelajar yang cerdas serta mampu memahami pelajaran dengan cepat, jika ia tidak mempunyai perhatian terhadap hafalan, maka ia bagaikan pedagang permata yang tidak bisa memelihara permata tersebut dengan baik. Seringkali, kegagalan yang dialami para pelajar yang cerdas disebabkan oleh sikap menggantungkan pada pemahaman tanpa adanya hafalan. g. Dengan strategi hafalan, pemahaman bisa dibangun dan analisis bisa dikembangkan dengan akurat dan intensif.

D. Kalimat

Menurut pendapat Dardjowidojo (1988: 254), kalimat adalah bagian terkecil dari ucapan atau teks (wacana) yang mengekspresikan pikiran yang utuh secara tata bahasa. Kemudian menurut Kridalaksana (2001:92) kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa;  klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya. Sedangkan menurut Chaer (2009:163) kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar dan intonasi final. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam bentuk lisan, kalimat ditandai dengan alunan titinada, keras lembutnya suara, disela jeda, dan diakhiri dengan nada selesai. Dalam bentuk tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda sera, atau tanda tanya. Dari sudut kelengkapan pikiran, kalimat biasanya minimal terdiri atas predikat dalam suatu pemyataan selain ditentukan pula oleh situasi pembicaraan.

E. Melafalkan

Menurut KBBI arti kata melafalkan adalah mengucapkan (kata, doa dan sebagainya). Melafalkan memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga melafalkan dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Terkait dengan tujuan pelafalan menurut Ur (1996:52), bahwa pembelajaran pelafalan (pronunciation) adalah agar siswa mampu mengucapkan sebuah kata seperti aksen seorang native. Tetapi secara sederhana agar siswa mampu mengucapkan kata dengan cukup akurat agar bisa lebih mudah dipahami oleh lawan bicara. Dengan mempelajari pronunciation siswa mengetahui bagaimana pengucapan (how to pronounce) sebuah kata yang benar.  Hal ini dimaksudkan untuk membuat siswa mengerti bagaimana mengucapkan kata dalam bahasa asing untuk menghindari kesalahan berbicara. Begitu  pentingnya  pronunciation dalam  bahasa  Inggris  adalah  karena  salah pelafalan  kata  dalam  bahasa  Inggris  dapat berakibat  fatal. Salah dalam melafalkan satu huruf konsonan atau huruf vocal saja dalam suatu kata dapat membuat kesalahan makna.

Menurut pendapat Ricard Robinson (1987:5) mengemukakan bahwa: “Reading is saying the words correctly” yang artinya membaca yaitu melafalkan semua kata yang tertulis dengan benar. Pengertian membaca ataupun melafalkan sebagaimana tersebut di atas adalah pengertian dalam arti sempit, dalam arti membaca tulisan yang tertera di dalam buku-buku. Membaca tidak hanya terbatas membaca buku saja, melainkan dalam arti luas membaca menyangkut memahami segala kejadian alam beserta isinya yang ada di bumi ini dengan menggunakan pikiran yang jernih.

F. Three In One Plus

Three in one plus maksudnya adalah tehnik menguasai kosa kata dengan cara mengingat dan menghafal tiga (3) kata setiap satu (1) kali pertemuan kemudian memasukkan ketiga kata tersebut menjadi kalimat yang kontekstual kemudian melafalkan kosakata dan kalimat tersebut secara lisan. Strategi ini dilakukan secara rutin dilakukan oleh siswa, dan dimonitoring oleh guru secara kontinyu setiap minggu. Yang dimaksud dengan istilah ‘plus’ adalah tindakan kreatif yang dilakukan guru untuk memonitor hafalan siswa melalui cara yang menyenangkan. Sebagai contoh, pada satu pertemuan, guru mengabsen siswa dengan menggunakan kosa kata yang telah dihafalkan sebelumnya. Tindakan ‘plus’ tersebut selalu diganti dan dimodifikasi sesuai dengan materi, situasi dan kondisi.

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kinerja

Pelaksanaan Pembelajaran three in one plus dilaksanakan sebagi berikut:

  1. Sebelum kegiatan KBM dilaksanakan sesuai program yang dirancang, dilakukan koordinasi dengan siswa, disampaikan kepada siswa bahwa setiap pertemuan siswa diwajibkan menghafal 3 kata dalam bahasa Inggris, memasukkan kata tersebut dalam kalimat dan setelah itu melafalkan kata dan kalimat tersebut secara lisan.
  2. Pada pertemuan pertama, siswa diberi tiga (3) kosa kata, kemudian siswa diminta untuk mengulang-ulang dan mengingat kosa kata tersebut di rumah dan memasukkan dalam kalimat dan berlatih melafalkan kata dan kalimat tersebut.
  3. Pada pertemuan berikutnya, guru memonitoring tugas yang diberikan melalui tindakan ‘plus’, misalnya dengan cara menebak kata yang tidak lengkap. Kata-kata yang tidak lengkap tersebut adalah kosa kata yang telah dijadikan tagihan buat siswa.
B. Hasil dan Dampak
1. Hasil Pembelajaran three in one plus

Setelah strategi three in one plus diterapkan, banyak gejala positif yang ditunjukkan siswa. Rasa percaya diri siswa meningkat, dibuktikan dari banyaknya siswa yang terlibat aktif dalam setiap tindakan yang diberikan guru. Gejala yang lain juga bisa dilihat dari perubahan perilaku siswa yang semula pasif menjadi aktif. Karena siswa memiliki perbendaharaan kosakata yang banyak sehingga ketika guru menyampaikan pembelajaran dalam bahasa Inggris siswa mampu memahami apa yang disampaikan guru. Siswa juga mampu memahami makna kata atau kalimat dalam teks berbahasa Inggris. Kemudian siswa menunjukkan semangat dan rasa senang untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Untuk mengetahui perubahan aktifitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini.

NoKelas Skor/Prosentase Aktifitas Siswa dilaksanakan three in one plus tahun pertama (2017/2018)Skor/Prosentase Aktifitas Siswa dilaksanakan three in one plus tahun kedua (2018/2019)Keterangan
% kenaikan
1.XII AK 25168,00%5978,67%810,67%
2.XII PH 15066,67%6080,00%1013,33%
3.XII PH 25370,67%5776,00%45,33%
Rata-rata51,3368,45%58,6778,22%7,339,78%
Tabel 1. Hasil Pengamatan Aktifitas Siswa untuk 3 kelas Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Dari tabel 1 dan grafik 1 diatas hasil pengamatan aktifitas belajar siswa pada tahun pertama (2017/2018) dilaksanakannya strategi three in one plus pada pembelajaran bahasa Inggris pada tiga kelas diperoleh rata-rata 68,45%. Sedang pada tahun kedua (2018/2019) diperoleh rata-rata 78,22%. Dari tahun pertama ke tahun kedua terjadi kenaikan 9,78%. Ini kenaikan yang cukup signifikan terkait dengan gejala positif pembelajaran bahasa Inggris.
Selain dari gejala tersebut di atas, gejala dari aspek kognitif juga bisa dilihat dari pencapaian kompetensi siswa. Kemampuan siswa awal diterapkan strategi ini dan sesudahnya, menunjukkan perbedaan ada kenaikan nilai rata-rata meskipun kenaikkannya tidak terlalu tinggi. Namun ini adalah nilai rata-rata yang selama dua tahun ada kenaikan terus. Diharapkan kenaikan ini akan berlanjut pada tahun berikutnya hasilnya seperti yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

NoKelas Rata-rata nilai awal three in one plus dilaksanakan (2017/2018)Rata-rata nilai setelah three in one plus dilaksanakan (2018/2019)Keterangan % kenaikan
1.XII AK 278,2580,542,29%
2.XII PH 177,2578,921,67%
3.XII PH 275,0079,674,67%
Rata-rata 76,8379,712,88%
Tabel 2. Nilai Rata-rata Nilai Rapor untuk 3 kelas Mata Pelajaran Bahasa Inggris
2. Dampak Pembelajaran three in one plus

Berdasarkan tabel 2 dan grafik nilai rata-rata kompetensi bahasa Inggris pada laporan hasil belajar pada tahun pertama (2017/2018) diterapkan strategi three in one plus sebesar 76,83, kemudian pada tahun kedua (2018/2019) dilaksanakannya strategi three in one plus diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,71. Sehingga terjadi kenaikan dari tahun pertama ke tahun kedua penerapan three in one plus sebesar 2,88%. Diharapkan strategi ini bisa dilanjutkan dan terus terjadi kenaikan nilai kompetensi siswa dalam penguasaan bahasa Inggris.
Keberhasilan penggunaan strategi ini sudah sampai pencapaian kompetensi dalam proses belajar mengajar di kelas dan keaktifan menggunakan bahasa Inggris secara praktis dan hasil penerapannya baru mampu diwujudkan lewat pencapaian prestasi dalam perlombaan tingkat kabupaten lewat ajang Duta Wisata Kabupaten Wonogiri. Selain itu ada perkembangan positif terkait dengan aktifitas pembelajaran bahasa Inggris yaitu ada peningkatan lebih aktif dan lebih termotivasi. Disamping itu siswa banyak siswa yang yang diterima diperguruan tinggi favorit, contoh Muhammad Subari diterima di UGM, Ellisa Yulianti diterima di Universitas Sudirman Purwokerto, Deni Muhammad diterima di UNS. Bammbang Riswanto di UNDIP, Yunita Safitri di UNY dan lainnya.

Dampak dari pembelajaran dengan strategi three in one plus sangat bisa dirasakan oleh siswa maupun oleh guru bahwa siswa-siswa tersebut mampu mengaplikasikan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari antara lain:

  • Siswa mampu mempraktikkan menggunakan bahasa Inggris dengan orang lain baik lokal maupun orang manca negara. Ketika ada event Revalidasi Geopark Gunungsewu Indonesia dari tim UNESCO di SMK Negeri 1 Pracimantoro pada Tahun 2019 siswa mampu jadi pemandu kegiatan tersebut selama 2 hari. Ada 2 tim yang dibentuk untuk melayani tamu dari UNESCO yaitu 3 siswa (Ellisa Yulianti, Wahyu Nur Adhisa dan Eka Septi Pradani) yang memandu kegiatan. Ini adalah tim inti yang bahasa Inggris dan wawasan tentang Geopark cukup bagus dan tim yang melayani kegiatan jamuan makan. Termasuk beberapa anak yang secara aktif mengajukan pertanyaan ketika diskusi dengan Tim dari UNESCO tersebut. Hal tersebut ditunjukkan seperti foto-foto dibawah ini.
Keterangan
Gbr. 1 s.d. 4 : Siswa memandu kegiatan Revalidasi Geopark oleh asesor UNESCO
Gbr. 5 : Siswa Tim Hotel foto dengan asesor UNESCO
Gbr. 6 s.d. 8 : Dialog siswa dengan asesor UNESCO dalam kegiatan Revalidasi
Geopark Gunungsewu
  • Lolos pada ajang Duta Wisata Kabupaten Wonogiri Dampak yang dirasakan adalah salah satu siswi lolos sebagai Duta Wisata Kabupaten Wonogiri meraih juara terfavorit atas nama Eka Septi yang juga masuk tim pemandu asesor Revalidasi Geopark Gunungsewu dari UNESCO. Yang setiap penampilan dalam ajang Duta Wisata tersebut Eka Septi selalu menggunakan bahasa Inggris dalam berkomunikasi, meskipun usiannya belum 17 tahun (satu-satunya peserta yang belum ber-KTP).
Gbr. 9. Eka Septi Pradani Menerima Trofi sebagai Juara Terfavorit Duta Wisata
Kabupaten Wonogiri tahun 2019.
C. Faktor Kendala dan Pendukung
  1. Faktor Kendala
    Kendala yang sering kali dihadapi dalam mengimplementasikan pembelajaran three in one plus adalah:
    a. Masih kurangnya inovator dan motivator dari penulis dan guru lainnya.
    b. Belum semua siswa mempu melaksanakan tugas yang diberikan dengan semangat yang tinggi
    c. Perbedaan karakter dan motivasi masing-masing siswa membutuhkan adaptasi dan perlakuan khusus.
  2. Faktor Pendukung
    Faktor pendukung keberhasilan pembelajaran three in one plus adalah:
    a. Sebagian besar siswa memiliki komitmen untuk sukses bersama, dengan menjalankan tugas dengan semangat
    b. Dukungan dari guru dan sekolah dari pemerintah sangat tinggi.
    c. Semangat sebagian besar siswa dalam belajar cukup tinggi.
    d. Memiliki program keahlian hospitality yang memberikan porsi lebih pada kemampuan berbahas Inggris.
D. Rencana Tindak Lanjut

Berdasarkan faktor kendala dan pendukung dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran three in one plus maka dapat dibuat rencana tindak lanjut sebagi berikut:

  1. Membuat refleksi hasil kegiatan dan menyusun program aksi yang berkelanjutan
  2. Menerjunkan siswa ke tempat wisata yang banyak turis mancanegara untuk berlatih berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
  3. Membuat inovasi kegiatan pembelajaran yang tidak membosankan dan monoton
  4. Menggalang komitmen yang kuat untuk menjaga agar hasil perubahan yang baik menjadi budaya siswa sehingga pembelajaran bisa langsung di aplikasikan dalam berkomunikasi.

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan penerapan strategi ‘three in one plus’ pada pembelajaran kosa kata dapat dibuat simpulan sebagai berikut

  1. Penerapan three in one plus pada pertemuan pertama siswa diberi 3 kosa kata, memasukkan dalam kalimat dan berlatih melafalkan kata dan kalimat tersebut. Guru memonitoring tugas yang diberikan melalui tindakan tambahan.
  2. Hasil pembelajaran three in one plus meningkatkan rasa percaya diri, terlibat aktif dalam setiap tindakan yang diberikan guru. Siswa juga mampu memahami makna kata atau kalimat dalam teks berbahasa Inggris, menunjukkan semangat dan rasa senang untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Selain dari tersebut di atas, gejala dari aspek kognitif juga bisa dilihat dari pencapaian kompetensi siswa.
  3. Dampak dari pembelajaran three in one plus siswa mampu mempraktikkan menggunakan bahasa Inggris dengan orang lain baik lokal maupun orang manca negara dan menjadi juara dalam ajang pemilihan Duta Wisata kabupaten Wonogiri.
B. Rekomendasi

Strategi ini telah dicoba untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelas tempat penulis mengajar. Bapak, ibu guru yang mengajar bidang studi bahasa Inggris bisa menemukan strategi yang lain lagi guna meningkatkan penguasaan kosa kata siswa. Tidak menutup kemungkinan strategi ini pun bisa direplikasi untuk mata pelajaran yang lain. Tentu dengan modifikasi yang disesuaikan dengan ciri khas masing-masing mata pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia, 2003, hlm. 117
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Dardjowidjojo, Soenjono. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
http://pksaceh.net/mengapa-kita-menghafal
Jamal Ma‟mur Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM, Jogjakarta: DIVA Press, 2011, 128
Khalid al-Amir, Najib. 2002. Mendidik Cara Nabi SAW, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002, hlm. 166.
Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Robinson, Ricard. 1987. Becoming An Effective Reading Teacher, (New York; Harper And Row, 1987) hlm. 5
Stephen P. Robbins dan Timonthy A. Judge, Prilaku Organisasi, terj. Diana Angelica, dkk., (Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm.57
Suja’i. 2008. Inovasi Pembelajaran Bahasa. Semarang: Walisongo Press, 2008, hal 14-15
Tarigan, 2015. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa Bandung
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gita Media Press, tt, 307.
Ur, Penny. 1996. A Course in Language Teaching. New York: Camridge University Press.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *